Jumat, 15 November 2013

Tentang membaca

Aku mulai menyukai membaca bahkan saat aku masih berumur lima tahun. Kala itu teman sebayaku masih bermain dengan mainannya. Tapi aku sudah suka membaca. Apapun itu akan aku baca, seperti koran, majalah, dan kamus bahasa inggris bergambar. Iya, aku ingat samar samar. Kamus bergambar yang berisi gambar hewan, buah, nama hari dan bahasa inggris dasar itulah yang aku suka. Orang orang disekelilingku menyebutku pintar. Namun aku memang merasa demikian. Jika ada tetangga datang kerumah maka ibuku selalu mengatakan pada mereka, "lihat anakku masih TK nol kecil sudah bisa menonton film barat". Aku diam pura pura tidak mendengar alan tetapi ada sedikit rasa senang memenuhi dadaku. Dari situlah aku mengerti satu hal, bahwa ibu yang aku panggil mamah itu bangga mempunyai putri seperti aku. Kebiasaan membaca ini entah aku bawa dari siapa. Entah kakakku atau bapakku. Kakakku, dua tahun lebih tua diatasku. Dia juga gemar sekali membaca. Setiap sore ketika dia menginjak bangku smp dan aku, masih sd, dia kerap membawakan aku beberapa novel dan buku fiksi lainnya. Dari beberapa teenlit yang dia bawakan aku paling menyukai teenlit islami. Aku memang bukan terlahir dari keluarga yang taat agama tapi entah mengapa aku yang kala itu gadis yang menginjak masa abg menjadi memahami bagaimana remaja islam yang sedang jatuh cinta. Aku terus ketagihan membaca. Kakakku mulai sering membawakan aku novel horor serial, aku sungguh dibuatnya ketagihan. Mulai dari R.L Stine, lalu novel entah siapa penulisnya aku mulai lupa namanya. Dari berpuluh bahkan ratusan novel masa kecil yang aku baca hanya novel terjemahan tentang R.L Stine- lah yang paling aku suka. Aku jatuh cinta dengan tokoh-tokoh serta kisah misterinya. Cara si Stine menyampaikan tulisannya sungguh membuatku berdebar dan susah untuk tidur. Aku masih sangat ingat apa saja judulnya, namun yang paling kusukai adalah "College weekend" karna itu novel pertama dari mr Stine yang aku baca. Nah itu baru sedikit cerita tentang kakakku, hingga dia mengantarkan aku pada hobi membaca. Belum bapakku, aku menyebutnya papah, dia sudah paruh baya namun sosok lelaki yang masih kuat. Papah suka sekali membaca namun agak berbeda dengan kami anaknya. Dia lebih meilih koran sebagai sumber referensi hariannya. Dia tidak terlalu suka menonton Tv, tiada hari baginya untuk tidak menikmati lembar demi lembar kertas kertas koran. Aku mengingat jelas setiap kali malam papah bertengkar dengan mamah maka dia akan keluar kamar dan membaca semua koran-korannya hingga kantuk datang padanya. Suara kertas kotan yang dia buka selembar demi selembar membuatku susah untuk tidur, atau memang barangkali aku susah tidur karena aku memang sedih memikirkannya?. Aku anak kecil biasa yang harusnya aku lebih menyayangi ibu daripada bapakku. Tapi tidak denganku, aku lebih menyayangi dan merindukan ketidakhadiran sosok bapakku jika dia sedang tak ada. Entahlah apa alasannya, harusnya aku tam berpihak padanya, "ia jahat", kata ibu. Berkali kali. Iya, aku melihat memang dia jahat kepada kami semua. Entahlah. Aku sangt memahami dia dan menyayanginya seolah dia tak akan kubiarkan mati suatu hari nanti. Si papah membuat keluarga ini merasakan banyak penderitaan, tapi aku selalu dan selalu berpihak padanya. Sering aku merasa ada ikatan bathin diantara kota yg sangat kuat. Sudah cukup aku bernostalgia tentang bapak. Kembali pada topik ini, aku suka membaca. Aku menyukai satu demi satu ilmu yang masuk dan tersimpan tapi didalam otakku. Kali ini, aku ingin belajar menulis. Sesungguhnya aku lelah menjadi penikmat para novelis maupun jurnalis. Acap kali membaca sebuah tulisan yang bagus selalu muncul dua kalimat. Yang pertama, bagus sekali tulisan ini aku menyukainya. Dan kedua, kapankah aku bisa membuat oranglaim membaca karyaku seperti ini?. Aku akan rajin menylis dalam blog ini. Aku harap pembaca bisa berbagi ilmu dan salimg bertukar fikiran. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar